Senin, 09 November 2015

Pengidap HIV/AIDS Kota Manado Tertinggi Di Sulut


Ilustrasi HIV/AIDS. [Google] Ilustrasi HIV/AIDS. [Google]


[MANADO] Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mempublikasikan angka pengidap Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kota Manado sebanyak 628 orang.

Angka tersebut merupakan tertinggi dibanding kabupaten dan kota lainnya di daerah ini, kata Sekretaris KPA Sulut dr M Tangel-Kairupan di Manado, Senin (12/1).


"Dari 628 orang tersebut yang teridentifikasi mengidap HIV sebanyak 199 orang, dan sisanya 429 orang mengidap AIDS," katanya menjelaskan.


Setelah Kota Manado, kata dia, Kota Bitung menjadi daerah tertinggi kedua yang memiliki popolasi pengidap HIV/AIDS sebanyak 328 orang, disusul Kabupaten Minahasa sebanyak 194 orang.


Sementara tertinggi keempat dan kelima pengidap penyakit ini adalah Kabupaten Minahasa Selatan sebanyak 141 orang dan Kota Tomohon sebanyak 99 orang.


"Total pengidap HIV/AIDS di Sulawesi Utara sebanyak 1.651 orang. Sebanyak 567 orang teridentifikasi sebagai HIV sementara sisanya 1.084 orang mengidap AIDS," katanya.


Menurut dia meningkatnya jumlah populasi HIV/AIDS tidak bisa dipisahkan dari program komunikasi, informasi dan eduksi yang gencar dilakukan KPA provinsi dibantu kabupaten/kota menjangkau warga serta komunitas kelompok berisiko.


Sehingga, kata dia, dampak dari program ini adalah semakin banyak warga dan kelompok berisiko ini yang memeriksakan status kesehatannya ke klinik atau rumah sakit yang menyediakan layanan voluntary counseling test (VCT).


"Ketika program komunikasi, informasi dan edukasi terus dilakukan maka diharapkan tidak terjadi lagi penemuan kasus penularan baru karena baik masyarakat ataupun kelompok berisiko telah meningkat kesadarannya," ajaknya. [Ant/L-8]






5 Fakta Penting Tentang HIV/AIDS




WHO melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga berkali-kali lipat. (Foto: Google)
PENYEBARAN HIV/AIDS kian mengkhawatirkan saja. WHO melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga berkali-kali lipat.
Agar bebas penyakit, Anda harus mengetahui fakta menarik tentang HIV/AIDS. Di antaranya:

1. HIV tidak pandang bulu


Sejak epidemi HIV dimulai 20 tahun lalu, stereotipe yang beredar di masyarakat tentang penderita HIV yaitu para gay, pemakai narkoba dan para pekerja seks komersial-lah yang mendapat label tersebut. Faktanya, semua orang bisa terkena HIV, dari usia tua, muda, kaya, miskin, wanita, pria, maupun anak-anak dan dari berbagai macam profesi.


2. Seks oral tak seaman yang dipikir


Oral seks sering kali dianggap sebagai cara “aman” melakukan hubungan seksual. Faktanya, berdasar penelitian, cairan tubuh yang terinfeksi seperti semen dan sekresi vagina yang mengandung konsentrasi virus HIV tinggi bisa memasuki aliran darah melalui membran mukosa mulut.


3. Jangan cuma khawatir hamil


Banyak remaja percaya, satu-satunya risiko berhubungan seks tanpa proteksi adalah kehamilan. Karena itu dipakailah pil KB, oral seks dan ejakulasi di luar demi mencegah kehamilan. Padahal, banyak hal yang harus dikhawatirkan selain kehamilan yakni adanya penyakit menular seksual (PMS) seperti sifilis, herpes, termasuk HIV yang bisa mengancam kehidupan.


4. Kadang orang tidak mengatakan sesungguhnya dan kita tidak tahu kenyataannya


Coba Anda pikir sejenak kalimat di atas. Berapa banyak orang yang mengakui bahwa mereka menderita HIV/AIDS jika ditanya oleh pasangan barunya? Berapa banyak orang yang mengakui kehidupan seksual mereka ketika mereka baru mengenal seseorang? Berapa banyak orang yang benar-benar mengetahui status HIV mereka dan status kesehatan orang-orang yang bersama mereka sebelumnya? Sebuah pernyataan “partner saya tidak mengidap HIV” hanya bisa diterima jika disertai dengan bukti nyata tes HIV negatif. Tanyalah dengan jelas status HIV mereka dan mintalah mereka melakukan tes sebagai bukti.


5. Belum ada obat untuk si pembunuh


Meski orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa hidup lebih lama berkat obat antiretroviral, obat ini tidak menyembuhkan. Kalau pun obat-obat ini melindungi dari infeksi opportunistik ini bukanlah “jalan pintas” dari infeksi HIV. Ot ini bahkan menyebabkan efek samping seperti diare, kelelahan berlebihan, kemerahan, mual dan muntah.

Pengguna Obat AIDS Melonjak


WHO melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga berkali-kali lipat. (Foto: Google)
PENYEBARAN HIV/AIDS kian mengkhawatirkan saja. WHO melansir jumlah terbaru pengguna obat AIDS yang terus bertambah hingga berkali-kali lipat.
Jumlah penderita HIV/AIDS terus melonjak. Hal itu tercermin dari lonjakan luar biasa orang yang menggunakan obat AIDS dari 1,2 juta orang pada tahun lalu menjadi 5,2 juta orang.
Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (World Health Organization/WHO), antara 2003 hingga 2010, jumlah pasien yang mendapatkan pengobatan antiretroviral meningkat hingga dua kali lipat.
“Kami sangat tergugah dengan lonjakan ini. Ini benar-benar peningkatan terbesar yang pernah kami lihat dalam satu tahun,” ujar Gottfried Hirnschall, Direktur bidang HIV/AIDS WHO, Senin (19/7). Dia dalam wawancara dengan The Associated Press mengatakan, lonjakan jumlah pengguna obat AIDS ini terkait dengan semakin terbukanya akses pengobatan di seluruh dunia, terutama di kawasan Sahara Afrika.
WHO menyampaikan data terbaru itu di ajang konferensi AIDS Internasional di Wina, Austria. Sementara itu, di kawasan Eropa Timur, secara proporsional jumlah mereka yang menggunakan obat AIDS lebih sedikit ketimbang di kawasan lain, sebab pengguna obat ini sering kali dikucilkan dan tak diberikan akses yang cukup.
Hirnschall menuturkan, para pemakai obat AIDS di Eropa Timur kerap dikriminalisasi dan sering mendapat stigma buruk. Sementara kalau di Afrika, AIDS merupakan epidemi di kalangan heteroseksual, tetapi di Eropa Timur penularan AIDS terjadi di kalangan pengguna obat-obatan terlarang.
Dari data yang disampaikan WHO mengenai jumlah pemakai obat AIDS itu Mbelum mencerminkan jumlah penderita AIDS yang sebenarnya. Sebab, jumlah pengguna obat ini mungkin hanya sepertiga dari jumlah penderita HIV/- AIDS di seluruh dunia. Dari situ terlihat bahwa betapa epidemik AIDS ini begitu sulit diatasi, terutama jika tidak dibarengi oleh dukungan pemerintah dan masyarakat.
Sementara di tempat yang sama, dipaparkan penelitian terkait metode deteksi dini HIV/- AIDS. Kasus penularan HIV/AIDS sering kali terjadi karena banyak orang yang belum tahu bahwa seseorang di sebuah komunitas sudah tertular virus mematikan itu. Untuk itulah, selama bertahun-tahun dicari cara yang dapat mendeteksi kasus HIV lebih dini.
Nah, dalam upaya meningkatkan metode untuk deteksi dini HIV, para peneliti mencoba menentukan apakah program menggunakan pengujian asam nukleat (NAT) akan meningkatkan jumlah kasus yang bisa terdeteksi lebih awal. Dalam uji coba itu, ternyata program NAT dapat mendeteksi HIV 23 persen lebih awal.
Tes asam nukleat ini mekanismenya adalah mencari jejak bahan genetik dari organisme penyebab infeksi. Ini berbeda dari metode pendeteksian standar yang mengandalkan titik antibodi sistem kekebalan tubuh untuk patogen. Kata para peneliti dari University of California, Amerika Serikat tersebut, meskipun program pencegahan HIV di Amerika Serikat sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu, namun tingkat kejadian HIV tetap meningkat.
Tahap awal infeksi HIV adalah ketika orang yang paling mungkin untuk menulari orang lain sehingga deteksi dini dan akurasi sangat penting dalam upaya untuk mengendalikan penyebaran HIV, virus penyebab AIDS. Penelitian ini melibatkan lebih dari 3.000 orang yang melakukan tes HIV di beberapa klinik di wilayah San Diego, Amerika Serikat. Peserta pertama diuji dengan tes air liur cepat. Kalau positif, pasien diberi tahu dan darah diambil untuk tes HIV standar.
Jika hasilnya negatif, darah diambil untuk NAT. Hampir seperempat dari kasus orang dengan HIV telah diidentifikasi positif hanya dengan tes NAT. Penelitian ini juga menemukan bahwa lebih dari dua pertiga pasien dengan hasil tes NAT negatif menggunakan komputer atau voice-mail untuk mendapatkan hasilnya.
“Memperluas penggunaan NAT untuk program tes HIV rutin dapat membantu menurunkan tingkat insiden HIV dengan mengidentifikasi orang dengan infeksi akut yang seharusnya dapat terjawab melalui pemeriksaan rutin,” kata penulis studi Dr Sheldon Morris, pengajar di University of California, San Diego’s Antiviral Research Center, Amerika Serikat.
“Selain itu, pelaporan otomatis hasil negatif dapat membuktikan alternatif yang dapat diterima dan mengurangi pelaporan tatap muka yang intens,” tambah Morris dalam studinya yang dimuat di jurnal Annals of Internal Medicine edisi 14 Juni itu.
Diketahui, AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS merupakan suatu penyakit yang ditimbulkan sebagai dampak berkembang biaknya virus HIV di dalam tubuh manusia. Virus ini menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh.
Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh membuat si penderita mudah terjangkit berbagai macam penyakit, termasuk penyakit ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan menjadikannya tempat berkembang biak virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sebagaimana kita ketahui bahwa sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh, maka ketika tubuh kita diserang penyakit, tubuh kita lemah dan tidak berupaya melawan jangkitan penyakit. Akibatnya, kita dapat meninggal dunia meski terkena influenza atau pilek biasa. Ketika tubuh manusia terkena virus HIV, maka tidaklah langsung menyebabkan atau menderita penyakit AIDS, melainkan diperlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
Sumber:www.okezone.com

Harapan Baru Untuk Penderita HIV/AIDS

Apakah Penyakit HIV/AID itu?
Penyakit AIDS yaitu suatu penyakit yang timbul sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) didalam tubuh manusia. Virus HIV menyerang sel darah putih (sel CD4) sehingga mengakibatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh atau sistem imun tubuh membuat si penderita mudah sekali terjangkit berbagai macam penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun atau dikenal dengan infeksi oportunistik. virus ini juga merusak otak dan sistem saraf pusat.

Seseorang yang terinfeksi HIV tidak langsung menampakkan gejalanya, sehingga orang yang terinfeksi bisa hidup normal dalam jangka waktu lima sampai sepuluh tahun untuk sampai pada stadium munculnya gejala klinis.  Hal ini merupakan salah satu penyebab penderita baru mengetahui dirinya terinfeksi HIV setelah berkembang menjadi AIDS karena penderita baru memeriksakan diri bila sudah timbul gejala-gejala klinis.
Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV.
Kematian yang disebabkan infeksi HIV kebanyakan bukan karena infeksi virus, melainkan karena turunnya kekebalan tubuh atau sistem imun si penderita tersebut.


Orang yang terinfeksi HIV belum tentu menjadi penderita AIDS, tergantung tingkat imunitas atau kekebalan tubuh orang tersebut yang dapat dilihat melalui komponen CD4. Jika terjadi penurunan CD4 sampai kurang dari 200, orang akan makin lemah daya tahan tubuhnya dan jatuh pada kondisi AIDS.
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Kematian yang disebabkan infeksi HIV kebanyakan bukan karena infeksi virus, melainkan karena turunnya kekebalan tubuh si penderita tersebut.

Bagaimana Gejala HIV/AIDS?
  1. Gangguan saluran pernafasan seperti nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam).
  2. Gangguan  saluran Pencernaan seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
  3. Penurunan drastis berat badan. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
  4. Gangguan Sistem Saraf seperti kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat karena gangguan saraf central. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
  5. Gangguan pada System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau cacar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
  6. Gangguan pada Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah ‘pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal)
Bagaimana Mengetahui Seseorang Telah Terinfeksi?
Untuk mengetahui seseorang tertular atau tidak dapat melakukan test HIV dan Test HIV dapat dilakukan paling cepat 3 bulan setelah terinfeksi. Jika seseorang merasa telah melakukan aktifitas yang beresiko HIV, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk dilakukan test. Penanganan yang dini dan tepat akan menyelamatkan penderita dari keganasan virus ini.
Jika hasil test HIV positif, sebaiknya penderita melakukan pemeriksaan CD4 dan viral load test. Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita Pengecekan CD4 ini penting karena setelah lama terinfeksi HIV, jumlah sel CD4 semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit. Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kesehatan sistem kekebalan tubuh atau sistem imun tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar kerusakan yang diakibatkan HIV. Jika penderita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14% maka dianggap AIDS berdasarkan definisi Depkes.

Bagaimana Melawan HIV AIDS?
Para Penderita dapat melawan virus ini dengan menguatkan sistem imun, makanan bergizi tinggi, istrihat yang cukup dan hindari stress dan berkonsultasi ke dokter secara rutin. Menguatkan sistem imun dan menjaganya agar tetap kuat adalah sangat penting. Penyakit ini tak lagi mematikan selama penderita memahami dengan baik bagaimana cara penanganannya. Penderita bisa hidup normal dan tidak perlu merasa minder dengan keadaan yang ia alami.

4Life Transfer Factor Harapan Baru Penderita HIV/AIDS, Nutrisi Terbaik & Terlengkap Terapi HIV/AIDS
Sebuah studi yang dilakukan oleh The Altay State Medical University, Federasi Rusia. Studi dilakukan terhadap 15 orang pasien yang terinfeksi HIV yang terdiri atas stadium 2B, 2C,3A dan stadium 3B. Ke 15 pasien diberi Transfer Factor setiap hari selama 7 hari. Setelah konsumsi 4Life Transfer Factor, adanya peningkatan CD3 pada 15 orang pasien, peningkatan CD4 pada 14 orang pasien dan peningkatan CD8 pada 12 orang pasien.
Transfer Factor Plus dapat menguatkan sistem imun hingga 437% sehingga akan menguatkan sistem imun tubuh penderita dalam melawan virus, bakteri, parasit, sel kanker, tumor dan antigen asing lainnya yang menyebabkan penyakit. Transfer Factor mengandung rantai asam amino yg tinggi yaitu 44 rantai asam amino, membantu mempercepat proses regenerasi sel-sel yang rusak atau sel-sel yang mati.
Setiap hari ada jutaan virus, bakteri, parasit dan hewan mikroba lainnnya yang hidup diudara dan masuk ke dalam tubuh, semakin lemah sistem imun (semakin lemah sistem imun dapat dilihat dari angka CD4) penderita HIV/AIDS, maka akan mudah berkembang dalam tubuh penderita. Bahkan virus flu saja bisa membuat penderita HIV/AIDS meninggal.

Bagaimana Mengetahui Efektifitas Konsumsi 4Life Transfer Factor?
Untuk mengetahui efektifitas suatu terapi dapat dilihat dari dua hal:
  1. Apa yang dirasakan oleh penderita, perlahan keluhan-keluhan akan berkurang dan sampai akhirnya hilang.
  2. Hasil pemeriksaan laboratorium, bandingkan hasil pemeriksaan sebelum dan sesudah konsumsi. Ada dua pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan yaitu angka CD4 dan angka viral load.
Tes viral load adalah tes untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah, Semakin tinggi viral load, semakin cepat penyakit HIV berkembang. Viral load juga menunjukkan daya menular pada orang lain. Semakin tinggi viral load, semakin mudah menularkan HIV. Tes viral load bermanfaat untuk pemantauan terapi, untuk mengetahui apakah terapi mengendalikan virus.
Untuk mengetahui efektifitas suatu terapi dapat menggunakan hasil pemeriksaan sebelum dan sesudah konsumsi, baik untuk CD4 dan Viral Load. Angka CD4 harus naik dan viral load harus turun.

Bagaimana Pengalaman Penderita HIV/AIDS yang Mengkonsumsi 4Life Transfer Factor?
  1. Kami pernah merawat seorang anak yang tadinya seorang penderita HIV selama 11 tahun. Beberapa tahun terakhir kami beri 4Life Transfer Factor Plus. Sebelumnya terapi retro-viral dan terapi toxic retro-viral tidak membuahkan hasil. Akan tetapi setelah 13 bulan di beri campuran diatas dengan dosis tinggi, HIV anak tersebut negatif dan sekarang sudah benar-benar normal. Kualitas hidupnya benar-benar meningkat drastis, seperti inilah pengobatan modern seharusnya menurut saya. Ini benar-benar menyenangkan......R. R., Medical Doctor, Kentucky
  2. Setelah dirawat beberapa hari dirumah sakit, anak saya kembali kerumah dan menjalani rawat jalan. Ia sudah dinyatakan AIDS karena CD4nya 27 dan menjalani terapi ARV. Ia hanya sanggup konsumsi selama 1 minggu karena selama konsumsi tidak punya nafsu makan, kepalanya pusing dan mual. Kemudian dokter yang merawatnya menyarakan untuk konsumsi Transfer Factor. Selama 3 minggu konsumsi TBC nya negative, setelah satu bulan konsumsi kami kembali memeriksakan CD4 dan ternyata dalam waktu satu bulan cd4 naik menjadi 220….Ini luar biasa….Doni – 56 tahun -Jakarta
  3. Saya seorang ibu rumah tangga yang selalu patuh pada suami dan ajaran agama yang saya anut. Saya sering dirawat dirumah sakit karena kurang darah. Suatu hari saya menjalani transfusi darah, setelah menjalani transfusi darah saya mengalami gatal-gatal pada kulit. Kurang dari satu tahun setelah menjalani transfusi, saya dinyatakan dokter terinfeksi HIV/AID. Dokter memberi saya obat, tapi badan saya terasa panas ketika mengkonsumsinya. Saya tidak tahan dan menghentikannya. Suami saya mencoba mencari alternatif lain dan mendapatkan informasi tentang 4Life Transfer Factor lewat internet. Dia memberi saya 4Life Transfer Factor Plus dan 4Life Transfer Factor Trifactor Formula. Dalam waktu 2,5 bulan, berat badan saya naik 12 kg, CD4 saya naik dari 5 menjadi 35...Rania-Medan
  4. Saya merasa sakit kepala terus setiap hari, badan saya sering gatal-gatal, buang air besar berdarah, berat badan terus menurun dan tubuh saya terlihat hitam dan tubuh saya penuh dengan bentol-bentol merah seperti cacar air. Dokter saya menyarankan untuk konsumsi 4Life Transfer Factor. Saya konsumsi 9 kapsul 4Life Transfer Factor Plus sehari dan 6 kapsul 4Life Transfer Factor Advance sehari. Setelah kurang lebih empat bulan konsumsi semua keluhan-keluhan saya hilang. Sebelum konsumsi Transfer Factor CD4 saya 345 dan sekarang sudah 525...Subroto 42 tahun-Jakarta
  5. Saya baru tau terdeteksi hiv setelah kurang lebih terinfeksi kurang lebih 7 tahun. CD4 saya sudah rendah sekali yaitu 22 dan saya tidak mau mengkonsumsi ARV karena takut efeksampingnya. Saya coba konsumsi 3x3 4Life Transfer Factor Plus dan 3x2 4Life Transfer Factor Advance perhari. Dalam beberapa hari saja badan saya terasa segar kembali dan untuk memastikan kerja 4Life Transfer Factor, satu minggu setelah konsumsi saya kembali memeriksa CD4 dan hasilnya naik menjadi 45.Selain itu saya juga selalu menjaga kondisi saya dengan cukup istirahat, makan teratur dan bergizi, berpikiran positif dan menghindari stress. Satu bulan setelah konsumsi saya kembali melakukan pemeriksaan CD4 dan hasilnya meningkat menjadi 123...Andika 30 tahun-Bekasi
  6. Chinthia berumur 27 tahun. Kondisinya sangat lemah saat tiba di rumah sakit Nkosis Haven, sampai tak mampu membopong bayinya. Ia juga tak mampu melakukan pekerjaan ringan seperti menyapu. Berat badannya 44 kg. Konsumsi 4Life Transfer Factor Plus selama dua minggu berat badannya naik 7 kg. Karena batuk dan tidak bertenaga, dilakukan pemeriksaan TBC dan ternyata positif dan diberi obat TBC serta 4Life Transfer Factor Plus. Nilai CD4 saat tiba 297 naik menjadi 340, berat badan naik menjadi 63 kg. Kekuatan tubuhnya pulih. Penglihatannya dan ingatannya membaik, ia pun bisa merawat dirinya sendiri dan juga anaknya. Gail Johnson, Afrika Selatan.
  7. Raul berasal dari Meksiko. Dia memiliki AIDS dan kondisi nya sekarang sudah parah. Dia kehilangan berat badan dan sekarang sedang menjalani 2 metode pengobatan. Dia juga telah mencoba banyak produk. Teman nya memberitahu tentang 4LIFE TF PLUS dan dia langsung mencobanya. Setelah 2 bulan dengan dosis 6 TF PLUS per hari dia merasa sehat. Dia sekarang tambah gemuk, dan lebih memiliki energi. Dan sudah kembali ke kehidupan normalnya. Sekarang dia hanya memakaiTransfer Factor, dan meninggalkan 2 metode pengobatan lainnya
  8. Anak saya berusia 32 terkena HIV/AIDS dan sempat dirawat beberapa minnggu dirumah sakit. Setelah satu minggu mengkonsumsi ARV, dia tidak punya nafsu makan dan dia bilang rasanya gak karuan, akhirnya kami putuskan untuk menghentikan konsumsi ARV. Melalui internet saya dapat informasi tentang transfer factor. Saya memberinya Transfer Factor Plus 3×3 sehari dan Transfer Factor Advance 3×2 sehari. Dalam waktu 3 minggu TB negatif dan dalam waktu satu bulan CD4 naik dari 70 menjadi 213. Saya terus mensuport anak saya dalam melawan virus ini. Nafsu makannya pun sangat baik dan saya sangat bahagia dengan perkembangan yang signifikan ini. Danny 56 tahun – Jakarta.
  9. Teman saya bilang ke saya bahwa anak saya harus memakai transfer factor. Dia terkena AIDS, jadi kita pakaikan Transfer Factor padanya. Pada awalnya dia tidak mau meminumnya, jadi saya masukan pada minuman yang dia minum. Pada kunjungan ke dokter pertama, vira load nya menurun dari 400.000 menjadi 191.000. setelah dia konsumsi secara rutin, tes lab selanjutnya viral load nya menjadi 40.000. kami sangat terkejut dan berharap kesembuhan pada anak kami, terima kasih Transfer FactorConnie A
  10. HIV/AIDS – Tsidio berumur 5 tahun. Ketika dia datang ke rumah sakit kondisi tubuhnya penuh dengan luka dan kuping nya terinfeksi parah. Dia diperkenalkan dengan TF PLUS. Sampai saat ini telinga nya sehat, dan luka-luka di tubuhnya menghilang. Berat badan nya tadinya 10 kg sekarang sudah 16 kg. Gail Johnson, South Africa
  11. HIV/AIDS – Grace berumur 42 tahun. Dia memiliki CD4 388 dan berat nya 59 KG. Daya ingat nya sangat buruk, semenjak minum TF PLUS daya ingat nya membaik, dan tenaganya menjadi 110%. CD4 nya sekarang 411 dan berat badannya menjadi 70 KG. Gail Johnson, South Africa.
  12. HIV/AIDS – Feroza berumur 26 tahun. Dia sangat kurus. Dia membutuhkan asisten untuk berjalan, mandi dan makan. Pendengaran nya buruk, daya ingat dan kekuatan nya hanya 17 %. Dia sedang mengandung. Berat badan nya hanya 28 KG. CD4 nya 43. setelah 3 bulan pada TF PLUS, CD4 nya menjadi 78, beratnya menjadi 53 KG. Sekarang CD4 nya 163. beratnya menjadi 55 KG. Sekarang dia sudah bisa menangani dirinya dan anaknya. South africa
  13. Saya Danar penderita HIV. Badan tidak bertenaga, sedangkan saya harus bekerja keras mencari uang utk menyekolahkan adik. Sistem kekebalan tubuh saya semakin lemah. Saya mendapatkan saran utk mengkonsumsi 'Transfer Factor' dari tetangga saya, Pak Syariff. Pak Syariff menganjurkan TF Plus & TF Tri. Keuangan terbatas, jadi cuma mengkonsumsi dosis rendah. Namun tetap ada peningkatan meskipun sedikit. Lalu Pak Syariff membantu saya dgn mengangsur dan disarankan konsumsi TF Plus 3x3 kapsul perhari; TF Tri 3x3 kapsul perhari. Selama 2 minggu mengkonsumsi kekebalan tubuh & tenaga semakin kuat. Setelah 3 bulan, Alhamdulillah dinyatakan negatif. Saya bisa pergi ke tanah suci utk Umroh.
  14. AIDS / HIV 
    Sebuah sukses awal dengan Peningkatan Imun alami pada seorang pemuda dengan HIV. Kenny berusia 20 tahun dengan hemofilia yang tertular HIV bertahun-tahun yang lalu karena peralatan yang tidak steril ketika mengobatinya hemofilianya. Kenny telah banyak melakukan upaya pengobatan HIV sebelumnya, termasuk terakhir(dalam satu tahun terakhir), rejimen eksperimental dengan tidak ada respon positif. Ia menderita banyak efek samping dari terapi retroviral.

    Lima bulan lalu, Kenny mulai rejimen dosis tinggi TF (3 kapsul 3 kali sehari) dan TF + (2 kapsul 3 kali sehari), bersamaan dengan terapi eksperimental. Diatelah bebas infeksi selama meminum TF tersebut. Dia juga datang kepada kita dengan berita yang sangat menarik 3 minggu yang lalu: ia memiliki jumlah virus NOL, dan sekarang CD4 dekat pada batas normal yaitu 475. Apakah Kenny sudah benar-benar sembuh? Tidak, tapi dia sekarang tampak sehat dan menuju kemungkin menjadi bebas penyakit. Penghitungan berikutnya dijadwalkan enam minggu dari sekarang dan kami akan update. Kenny adalah peer konselor dan pendidik untuk HIV / AIDS dan dia sekarang menyebarkan berita tentang TF dan TF + untuk anggota komunitas AIDS. Ia juga merupakan distributor 4Life Research dan berharap untuk membangun sebuah organisasi penjualan besar bagi orang yang terkena HIV dan Hepatitis C. Dengan demikian, ia mengatakan bahwa ia tidak akan harus berhadapan dengan prasangka terhadap orang-orang yang terinfeksi HIV:Tampaknya 4Life Research hanya dapat memberikan Kenny a HIDUP BARU, dalam banyak hal. Kekuatan TF / TF + dan 4Life Research terus berlanjut.

    Update 11/25/99: CD4 count sekarang 525!

    Update (Musin Dingin, 2000): Seperti banyak dari Anda akan ingat, kami memperkenalkan Kenny, seorang pemuda hemofilia yang didiagnosis HIV positif sepuluh tahun lalu. Setelah bertahun-tahun menerima perawatan medis eksperimental, Kenny mulai mengambil Transfer Factor dan Transfer Factor ditingkatkan dalam dosis tinggi 9 bulan yang lalu. Kami pertamanya mengumumkan jumlah virus NOL dan jumlah CD4 (jumlah darah putih) hampir normal dalam QVnewsletter kami yang terakhir. Sekarang, 3 bulan kemudian, ia telah mengulangi jumlah virus HIV-nya tetap NOL dan jumlah CD4-nya sudah normal. Dan terus menjadi bebas infeksi! Anda mungkin telah melihat cerita Kenny dalam edisi November Teen People Magazine. Sekarang Kenny berbagi pengalaman yang luar biasa dengan orang lain yang menderita penyakit HIV. Menakjubkan apa yang bisa dilakukan oleh kekuatan peningkat sistem imun Transfer Factor dan Transfer Factor ditingkatkan bisa melakukannya!

    Update (Musim Semi / Musim Panas, 2000): Seperti banyak dari Anda akan ingat,kami memperkenalkan Kenny, seorang pemuda hemofilia yang didiagnosis HIV positif 10 tahun lalu. Setelah bertahun-tahun menerima perawatan medis eksperimental, Kenny mulai mengambil Transfer Factor dan Transfer Factor ditingkatkan dalam dosis tinggi 12 bulan yang lalu. Kami pertamanya mengumumkan jumlah virus NOL dan jumlah CD4 (jumlah darah putih) hampir normal dalam QVnewsletter kami yang terakhir. Sekarang sembilan bulan kemudian dia telah mengulangi jumlah virus HIV-nya tetap NOL dan jumlah CD4-nya terakhir 600 (batas bawah normal adalah 500) Dan tetap bebas infeksi! Sebagai konselor remaja seusianya, Kenny kini memulai upaya dengan energi baru untuk berbagi Transfer Factor dengan dunia HIV. David Markowitz MD, Me.
* Bagi penderita HIV segera naikkan sistem imunnya jangan sampai terlambat.

 FOR MORE INFORMATION  


Kamis, 01 Oktober 2015

Sejarah HIV/AIDS Di Indonesia

Sejarah 1983

Dr. Zubairi Djoerban melaksanakan penelitian terhadap 30 waria di Jakarta. Karena rendahnya tingkat limfosit dan gejala klinis, Dr. Zubairi menyatakan dua di antaranya kemungkinan AIDS.
Pada November, Menteri Kesehatan RI, Dr. Soewandjono Soerjaningrat menyatakan pencegahan AIDS terbaik adalah tidak ikut-ikutan jadi homoseks ... dan mencegah turis-turis asing membawa masuk penyakit itu.

Sejarah 1984

Di Kongres Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia (KOPAPDI) VI, pada Juli, dilaporkan bahwa dari 15 orang diperiksa, tiga memenuhi kriteria minimal untuk diagnosis AIDS.
Pada November, Kepala Divisi Transfusi Darah PMI, Dr. Masri Rustam menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir AIDS menyerang penerima transfusi darah di sini. Walau skrining membutuhkan biaya besar, pencegahan ... dilakukan dengan melarang kaum homoseksual atau waria menjadi donor darah.

Sejarah 1985

Pada 1 Agustus, Dr. Zubairi menyatakan bila penyakit AIDS sampai menyerang masyarakat akan sulit dicegah. Pada hari berikut, Menkes membenarkan adanya kemungkinan AIDS sudah masuk ke Indonesia.
Dr. Arjatmo Tjokrnegoro PhD, ahli imunologi di FK-UI, menduga mungkin orang Indonesia kebal terhadap AIDS karena aspek rasial.
Pada 8 Agustus, RSCM dan FK-UI membentuk satuan tugas untuk mengkaji masalah AIDS.
Pada 2 September, Menkes menyatakan sudah ada lima kasus AIDS ditemukan di Bali. Namun Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (P2MPLP) Depkes, Dr. M. Adhyatama mengaku dia tidak tahu-menahu mengenai kasus tersebut.
Seorang perempuan berusia 25 tahun dengan hemofilia dinyatakan terinfeksi HIV pada September di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ).
Pada 11 November, Menkes mengatakan bahwa belum pernah ditemukan orang yang betul-betul terkena penyakit AIDS. Menjawab pertanyaan wartawan, Menkes komentar “Kalau kita taqwa pada Tuhan, kita tidak perlu khawatir terjangkit penyakit AIDS.”

Sejarah 1986

Perempuan berusia 25 tahun yang didiagnosis HIV pada September 1985 meninggal dunia di RSIJ, tes darahnya memastikan bahwa dia terinfeksi HTLV-III, dan dengan gejala klinis yang menunjukkan AIDS. Kasus ini tidak dilaporkan oleh Depkes.
Pada Januari, tes HIV dapat dilakukan di RSCM dengan biaya Rp 62.500. Hasil positif akan dikirim ke AS untuk penelitian lebih lanjut.
Juga pada Januari, FKUI RSCM melakukan penelitian terhadap pasien hemofilia yang menerima produk darah (faktor VIII). Ternyata ditemukan satu di antaranya yang dipastikan terinfeksi HIV. Dan pasien tersebut masih diketahui hidup sehat tanpa terapi antiretroviral (ART) pada Juli 1998 – lebih dari 12 tahun setelah didiagnosis.
Pada Maret, satuan tugas RSCM dan FK-UI yang dibentuk pada 1985 untuk mengkaji masalah AIDS diresmikan sebagai Kelompok Studi Khusus (Pokdisus) AIDS.

Sejarah 1987

Seorang wisatawan asal Belanda meninggal di RS Sanglah, Bali. Kematian pria berusia 44 tahun itu diakui Depkes disebabkan AIDS. Indonesia masuk dalam daftar WHO sebagai negara ke-13 di Asia yang melaporkan kasus AIDS.
Pada Oktober, dilakukan Kongres tentang Penyakit Akibat Hubungan Kelamin di Bali sekaligus Konferensi International Union Against Venerial Diseases and Treponematoses untuk kawasan Asia dan Pasifik. Menkes Dr. Soewandjono Soerjaningrat dalam sambutan mengatakan bahwa penyakit yang sebelumnya dikaitkan dengan hubungan seksual yang menyimpang dari tuntutan agama, ternyata dapat menular melalui darah.

Sejarah 1988

Pada 1988, Depkes hanya melaporkan tambahan satu kasus infeksi HIV di Indonesia.

Sejarah 1989

Tema Hari AIDS Sedunia 1989 adalah “Kaum Muda (Youth).”
Pada 1989, Depkes tidak melaporkan satu pun kasus infeksi HIV tambahan di Indonesia. Namun satu kasus HIV dilaporkan berlanjut menjadi AIDS.

Sejarah 1990

Tema Hari AIDS Sedunia 1990 adalah “Wanita dan AIDS (Women and AIDS).”
Pada 1990, Depkes melaporkan tambahan dua kasus AIDS, sehingga jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia menjadi sembilan.

Sejarah 1991

International AIDS Candlelight Memorial pertama diselenggarakan di Indonesia. Peristiwa ini, dikenal sebagai Malam Tirakatan Mengenang Korban-Korban AIDS, diselenggarakan di Surabaya oleh Kelompok Kerja Lesbian & Gay Nusantara (sekarang Gaya Nusantara), dengan bantuan dari Persatuan Waria Kotamadya Surabaya (Perwakos).
Pada 29-30 Juli, dilakukan Semiloka Nasional AIDS di Denpasar, Bali, untuk membahas Pengembangan Strategi Penanggulangan AIDS di Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 1991 adalah “Bersama Kita Hadapi Tantangan (Sharing the Challenge).”
Pada 1991, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 18, dengan 12 sudah AIDS.

Sejarah 1992

Tema Hari AIDS Sedunia 1992 adalah “Komitmen Komunitas (Community Commitment).”
Pada 1992, Depkes melaporkan tambahan jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 28, dengan 10 sudah AIDS.

Sejarah 1993

Tema Hari AIDS Sedunia 1993 adalah “Waktunya Untuk Bertindak! (Time to Act)”.
Di Indonesia, dilaporkan 137 kasus infeksi HIV plus 51 orang dengan AIDS.

Sejarah 1994

LP3Y bekerja sama dengan Lentera-PKBI DIY dan The Ford Foundation, melakukan Work Shop Penulisan AIDS bagi Wartawan. Sebagai hasil dari kegiatan itu, diterbitkan dua buku kecil, “10 Pakar Bicara AIDS” dan “11 Langkah Memahami AIDS.”
Pada 30 Mei, Presiden RI, Suharto, menandatangani Keputusan Presiden Nomor 36/2004 tentang Komisi Penanggulangan AIDS (KPA). Berdasarkan Kepres 36 ini, Menkokesra Ir Azwar Anas mengeluarkan Keputusan tentang Susunan, Tugas dan Fungsi Keanggotaan KPA pada 15 Juni, serta Keputusan tentang Strategi Nasional Penanggulangan AIDS di Indonesia pada 16 Juni. Ketua KPA adalah Menkokesra sendiri, dan sekretaris KPA pertama adalah Dr. Suyono Yayha, MPH.
Pada Agustus, sebuah pokja KPA memperkirakan bahwa jumlah kasus infeksi HIV di Indonesia pada 2005 akan menjadi antara 600.000 (penularan rendah, intervensi yang efektif) dan 1.990.000 (penularan tinggi, tanpa intervensi).
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 275 infeksi HIV, dengan 67 di antaranya AIDS. 100 di antaranya adalah WNA. 203 adalah laki-laki, 68 perempuan, 4 tidak diketahui. Jalur penularan: 69 homoseks, 160 heteroseks, 2 IDU, 2 transfusi darah, 2 hemofilia dan 40 tidak diketahui.
Tema Hari AIDS Sedunia 1994 adalah “AIDS & Keluarga (AIDS and the Family).”

Sejarah 1995

Edisi perdana majalah Support diterbitkan oleh Yayasan Pelita Ilmu pada Januari.
Hingga Mei, 49 orang tercatat meninggal karena AIDS di Indonesia.
Pusat Media Pelatihan AIDS untuk Wartawan (PMP AIDS) didirikan pada awal tahun oleh LP3Y di Yogyakarta. Newsletter PMP AIDS edisi perdana diterbitkan pada Mei.
Yayasan Pelita Ilmu (YPI) membuka Sanggar Kerja, yaitu tempat persinggahan (shelter) untuk Odha, di Kebon Baru, Jakarta, dengan dukungan oleh Ford Foundation. Program Buddies (pendamping Odha) juga dimulai.
Pada Agustus, RS Medistra Jakarta melarang Dr. Samsuridjal Djauzi untuk merawat pasien apa pun, karena beliau bersedia merawat pasien AIDS di RS tersebut.
Dikutip oleh harian Kompas pada Mei, Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN menyinyalir bahwa “virus AIDS sudah dimanfaatkan sebagai alat tindak kejahatan...”
Logo Spiritia Spiritia didirikan oleh Suzana Murni sebagai organisasi yang mandiri pada November.
Tema Hari AIDS Sedunia 1995 adalah “Hak dan Tanggung Jawab Bersama (Shared Rights, Shared Responsibilities).” Kegiatan dikoordinasi oleh BKKBN.
Headline pada Suplemen Khusus Harian Surya yang menyambut Hari AIDS Sedunia berbunyi “Tunggu! AIDS mungkin akan mewabah di Indonesia.”
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 364 infeksi HIV, dengan 87 di antaranya AIDS.

Sejarah 1996

Pada pertemuan di Pacet, Jawa Timur, pada 15 Maret, dikeluarkan “Pernyataan Pacet tentang Masalah Etika dan Hak Asasi yang berkaitan dengan Pewabahan dan Upaya Pencegahan HIV/AIDS.”
Logo MRAN
Logo asli MRAN. Foto tangan Suzana dan ayahnya
International AIDS Candlelight Memorial diselenggarakan di 31 kota di Indonesia sebagai Malam Renungan AIDS Nusantara (MRAN), dengan tema “Bersama Membangun Harapan,” dikoordinasikan oleh Grup Koordinasi Nasional Mobilisasi AIDS Nusantara (GKNMAN). Menurut harian Kompas, “diiringi lagu ‘Lilin-lilin Kecil’ yang dinyanyikan sendiri oleh penciptanya, James F Sundah, sekitar seribu lilin di tangan para hadirin menyala menerangi Plaza Taman Ismail Marzuki, Jakarta.”
Pertemuan Nasional Pencegahan dan Penatalaksanaan HIV/AIDS (Pertemuan Nasional HIV/AIDS I) dilakukan pada Juli di Wisma Kalimanis, Jakarta. Pada pertemuan itu, diputuskan untuk mendirikan tiga organisasi baru: Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI); Forum Komunikasi LSM/Organisasi Peduli AIDS (FKLOPA); dan Masyarakat Peduli AIDS Indonesia (MPAI).
Milis AIDS-INA, milis pertama untuk membahas masalah HIV dan AIDS di Indonesia, diluncurkan oleh Dr. Pandu Riono.
Tema Hari AIDS Sedunia 1996 adalah “Satu Dunia Satu Harapan (One World One Hope)”.
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 501 infeksi HIV, dengan 119 di antaranya AIDS.

Sejarah 1997

Pada Mei, Ditjen POM mengeluarkan surat resmi kepada Ditjen Bea Cukai yang menerangkan bahwa bila Bea Cukai mendapat kiriman ARV dari luar negeri yang ditujukan pada Pokdisus AIDS, obat tersebut dapat dikeluarkan tanpa harus diuji coba Ditjen POM.
Pada Juni, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT, ddI, ddC, 3TC, saquinavir dan ritonavir. Namun harganya tidak terjangkau untuk mayoritas Odha.
Surveilans yang dilakukan terhadap waria di Jakarta menunjukkan prevalensi HIV 6%, naik dari 0,3% pada 1995.
Tema Hari AIDS Sedunia 1997 adalah “Anak-anak yang Hidup di Dunia dengan AIDS (Children Living in a World with AIDS)”
Pada akhir tahun ini di Indonesia, secara kumulatif sudah dilaporkan 619 infeksi HIV, dengan 153 di antaranya AIDS.

Sejarah 1998

Didi Mirhad, bintang iklan Indonesia, mengungkapkan status dirinya HIV-positif pada media massa.
Pertemuan Odha pertama dilakukan oleh Spiritia di Ubud, Bali, dengan menghadirkan 16 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia.
Kupu-kupu ungu Pada Oktober, RCTI mulai menayangkan sinetron Kupu-Kupu Ungu, disutradarai oleh Nano Riantiarno, dengan bintang Nurul Arifin dan Sandi Nayoan. Sinetron sepanjang 13 episode tersebut menggambarkan beragam masalah medis, sosial, psikologis dan mitos seputar HIV dan AIDS.
Logo KPA Tema Hari AIDS Sedunia ditentukan sebagai “Kaum Muda: Semangat Perubahan”. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Agama.
 Menjelang Hari AIDS, KPA meluncurkan Kampanye Nasional AIDS, ditandai oleh lambang baru, yaitu pita merah-putih.

Sejarah 1999

Didi Mirhad, bintang iklan Indonesia, meninggal dunia karena AIDS pada 25 Agustus.
Semiloka Nasional Penggunaan dan Penyalahgunaan NAZA dilakukan selama empat hari di September oleh sekelompok aktivis HIV dan narkoba, dengan melibatkan beberapa pembicara dari Australia dan Malaysia. Pertemuan ini adalah pertama kali konsep Harm Reduction dibahas oleh para pembuat kebijakan dan pengambil keputusan di Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 1999, ‘Dengar, Simak, Tegar! (Listen, Learn, Live!)’ tetap ditujukan pada orang berusia di bawah 25 tahun. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Pendidikan.
Pada akhir tahun, ARV yang berikut tersedia di Indonesia: AZT, ddI, ddC, 3TC, d4T, saquinavir, ritonavir dan indinavir.

Sejarah 2000

Pertemuan Nasional HIV/AIDS II dilakukan pada April di Jakarta.
Surveilans di antara 67 pengguna narkoba suntikan yang ditahan di Lapas Kerobokan di Bali pada akhir tahun menemukan 35 (56%) terinfeksi HIV.
Pada November, sebuah pertemuan yang dilakukan oleh Lentera-Sahaja PKBI DIY di Kaliurang, DIY yang melibatkan beberapa relawan dari kelompok marjinal dibongkar secara ‘brutal dan keji oleh kelompok orang yang bertopeng dan bersembunyi dibalik jubah “agama” ataupun “parpol” tertentu.’
Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘AIDS – Pria Berpengaruh (AIDS – Men Make a Difference)’. Kegiatan dikoordinasi oleh BKKBN.

Sejarah 2001

Dua belas penghuni sebuah pusat pemulihan narkoba di Bali dites HIV. Delapan di antaranya ditemukan terinfeksi.
Dengan dukungan dari Ketua Badan POM, berapa jenis ARV generik dari India mulai tersedia di Indonesia, termasuk AZT, 3TC, gabungan AZT+3TC, d4T dan nevirapine. Dengan obat ini, terapi antiretroviral (ART) yang baku mulai tersedia di Indonesia, walau harga masih mahal (lebih dari Rp 1 juta per bulan).
Pertemuan Nasional Odha ke-2 dilakukan oleh Spiritia di Kuta, Bali pada September, dihadiri oleh 36 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkan “Asas-Asas Penanggulangan HIV/AIDS” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Suzana Murni pada ICAAP ke-6
Suzana Murni pada ICAAP ke-6
Walau dalam keadaan sakit dan harus memakai kursi roda, Suzana Murni, pendiri Spiritia berpidato pada pembukaan Konferensi Internasional AIDS di Asia Pasifik (ICAAP) ke-6 di Melbourne, pada Oktober, dengan judul ‘Memecah Penghalang’.
Tema Hari AIDS Sedunia 2000 adalah ‘Kami peduli. Anda bagaimana? (I care. Do you?)’. Kegiatan dikoordinasi oleh Departemen Kesehatan.
Pada 31 Desember, Drs. M. Jusuf Kalla sebagai Menkokesra menandatangani Keputusan tentang Sekretariat KPA, yang menetapkan Dr. Farid Husein sebagai Sekretaris KPA.

Sejarah 2002

Sidang Kabinet Sesi Khusus HIV/AIDS dilakukan pada 28 Maret.
Pada 1 April, disusun Komite Pengarah untuk Strategi Nasional Penanggulangan AIDS, untuk mengembangkan rancangan Stranas baru.
Permohonan Indonesia untuk dana dari Global Fund Ronde 1 disetujui, dengan dana hampir 16 juta dolar untuk HIV. Fase 1 program, dengan dana hampir 7 juta dolar, mulai diterapkan pada Juli 2003.
Suzana Murni, pendiri Spiritia, meninggal dunia pas sebelum pembukaan Konferensi AIDS Sedunia ke-14 di Barcelona, Spanyol pada Juli. Konferensi ini didominasi oleh masalah terkait pengobatan untuk HIV di negara terbatas sumber daya. Penghargaan yang diberikan pada Spiritia oleh Family Health International (FHI) diterima oleh Siradj Okta, adik Suzana.
Indonesia menunjukkan betapa mendadak epidemi HIV dapat muncul. Setelah lebih dari sepuluh tahun prevalensi HIV yang rendah, angka meloncat di antara pengguna narkoba suntikan dan pekerja seks, dengan sampai 40% orang di tempat pemulihan narkoba di Jakarta diketahui HIV-positif.
Pada Oktober dibentuk Gerakan Nasional Meningkatkan Akses Terapi HIV/AIDS (GN-MATHA), diketuai oleh Dr. Samsuridjal Djauzi, dengan tujuan agar 10.000 Odha di Indonesia mendapatkan ART pada 2005.
Sebuah International Roundtable: Increasing Access to HIV Treatment in Resource Poor Settings dilakukan di Canberra, Australia pada September. Di antara 85 peserta, dari 18 negara, ada lima dari Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 2002 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘Tetap Hidup dengan Tegar’. Tema internasional adalah ‘Live and Let Live’.
Dirjen Farmasi Depkes memasukkan AZT, 3TC dan nevirapine dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) untuk semua rumah sakit tipe A dan tipe B se-Indonesia.

Sejarah 2003

Pertemuan Nasional Odha ke-3 dilakukan oleh Spiritia di Cikopo, Puncak pada Februari, dihadiri oleh 50 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkannya “Pernyataan Cikopo” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
“Tegak Tegar – Hidup Positif Bersama HIV”, Pameran Foto Karya Rio Helmi, yang didedikasikan untuk Almarhumah Suzana Murni, diluncurkan di Gedung DPR-RI, Senayan, Jakarta pada Februari. Foto dalam pameran menunjukkan beberapa Odha di Indonesia dalam kegiatan sehari-hari.
Pada Maret, Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa pemerintah akan memberi subsidi ARV generik sebesar Rp 200.000 per bulan untuk setiap Odha yang membutuhkannya. Beberapa provinsi memutuskan untuk menyediakan ARV secara gratis untuk sejumlah Odha di provinsinya.
Pada Juli, penyediaan ART untuk 100 Odha di Indonesia yang didanai oleh Global Fund mulai direncanakan.
Program Global Fund Ronde I Fase 1 untuk HIV dimulai di Indonesia pada Juli. Program ini diutamakan untuk memberi ARV pada 100 Odha di lima provinsi.
Pada Agustus 2003, Kimia Farma meluncurkan produk ARV-nya. Pada awal disediakan AZT (Reviral), 3TC (Hiviral), gabungan AZT+3TC (Duviral), serta nevirapine (Neviral). Namun rencana awal untuk membuat gabungan AZT+3TC+nevirapine dengan nama Triviral tidak berhasil. Harga untuk Duviral dan Neviral ditetapkan sebagai Rp 345.000.
Jogjakarta Round Table Meeting, yang dihadiri oleh peserta dari 16 negara dengan tujuan mengevaluasi pelaksanaan akses ART, diselenggarakan pada September. Pertemuan ini adalah lanjutan dari pertemuan serupa yang dilakukan di Canberra pada 2002.
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) meluncurkan Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2003-2007.
Menyambut Hari AIDS Sedunia, Presiden Republik Indonesia Megawati bertemu dengan beberapa Odha di istana negara.
Tema Hari AIDS Sedunia 2003 ditetapkan oleh Departemen Sosial sebagai ‘Stigma dan Diskriminasi’.
Pada akhir 2003, diperkirakan 1.100 Odha memakai ART di Indonesia.

Sejarah 2004

Pada 19 Januari, wakil dari pemerintah enam provinsi yang dianggap paling rentan terhadap HIV (Papua, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, DKI Jakarta, dan Riau), pada pertemuan di Papua dengan Ketua KPA Jusuf Kalla dan wakil dari enam departemen serta Ketua Komisi VII DPR-RI, Dr. Sanusi Tambunan, menyatakan Komitmen Sentani. Di antara tujuh pasal dalam komitmen tersebut, para peserta berjanji akan “Mengupayakan pengobatan HIV/AIDS termasuk penggunaan ARV kepada minimum 5.000 Odha pada tahun 2004.”
Pertemuan Nasional Odha ke-4 dilakukan oleh Spiritia di Tretes, Jawa Timur pada Februari, dihadiri oleh 60 Odha dan Ohidha dari seluruh Indonesia. Peserta menyetujui dikeluarkannya “Pernyataan Tretes” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Departemen Kesehatan menetapkan 25 rumah sakit di 15 provinsi sebagai Rumah Sakit Rujukan AIDS, tahap pertama. Sedikitnya dua dokter, satu perawat dan satu konselor dari masing-masing rumah sakit diberi pelatihan khusus.
Spiritia meluncurkan prakarsa pencegahan untuk Odha yang disebut “HIV Stop di Sini”, yang dimaksudkan membantu memutuskan rantai penularan.
Yayasan Spiritia melakukan pelatihan Pendidik Pengobatan pertama di Jakarta, dengan melibatkan 45 peserta dari kelompok dukungan sebaya dan komunitas di seluruh Indonesia.
Setelah upaya advokasi yang melibatkan kelompok dukungan sebaya dari seluruh Indonesia, Depkes mengubah kebijakan untuk menyediakan ART dengan subsidi penuh pada 4.000 Odha.
Dilakukan Pertemuan Nasional KDS ke-2 di Sanur Bali pada November, dihadiri oleh wakil dari 33 kelompok dukungan sebaya (KDS) untuk Odha/Ohidha dari 24 kota dan 20 provinsi. Peserta menyetujui dikeluarkan “Pernyataan Bali” sebagai suatu hasil dari pertemuan itu.
Tema Hari AIDS Sedunia 2004 ditetapkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan sebagai ‘Perempuan, Remaja Putri, HIV dan AIDS’, dengan slogan “Sudahkah Kau Dengar Aku Hari Ini?” Tema internasional adalah ‘Women, Girls, HIV and AIDS’, dengan slogan “Have You Heard Me Today?”.

Sejarah 2005

Setelah mengevaluasi kinerja penerapan Fase 1 programnya Ronde I di Indonesia, Global Fund memutuskan untuk memotong dana untuk Fase 2 (Juli 2005-Juni 2007) dari 9 juta dolar AS menjadi 900.000 dolar.
Terkait dengan kunjungan Kofi Annan, Sekretaris-Jenderal PBB ke Indonesia, untuk Konferensi Asia-Afrika, istrinya, Ibu Nane Annan mengunjungi Spiritia. Di kantor Spiritia, Ibu Nane berbincang dengan kurang lebih 20 Odha dari berbagai latar belakang.
Pada Mei, Agustina Saweri, meninggal dunia di Jayapura. Odha berusia 26 tahun itu memperoleh embel-embel ‘Buah Merah’ di namanya setelah ia diboyong ke Jakarta pada Oktober 2004 untuk memberi kesaksian tentang khasiat buah tersebut sebagai alternatif pengobatan AIDS. Agustina didesak untuk berhenti penggunaan ART-nya, karena tidak dibutuhkan lagi setelah memakai Buah Merah.
Logo ICAAP ke-7 International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-7 dilakukan di Kobe, Jepang pada Juli, dengan tema ‘Bridging Science and Community (Menjembatani Ilmiah dan Komunitas).’
Spiritia melaksanakan Kongres Nasional Odha pertama di Lembang, Jawa Barat, pada September, dihadiri oleh 120 peserta Odha dan Ohidha. Peserta mengeluarkan “Pernyataan Lembang” seusai pertemuan.
Tema Hari AIDS Sedunia 2005 ditetapkan oleh Departemen Dalam Negeri sebagai ‘Kepemimpinan dan Penanggulangan HIV/AIDS’. Tema internasional adalah ‘Stop AIDS. Keep the Promise’.
KPA Nasional mengeluarkan rencana program akselerasi di 100 Kabupaten/Kota tahun 2005. Rencana ini dicanangkan pada Hari AIDS Sedunia oleh Bapak Wakil Presiden.

Sejarah 2006

Pada Januari, laboratorium resistansi genotipe HIV mulai diuji coba di Departemen Mikrobiologi FKUI. Lab ini disediakan untuk melakukan surveilans resistansi untuk Depkes.
Pada Mei, dilakukan International AIDS Candlelight Memorial (Malam Renungan AIDS) dengan tema internasional “Lighting the Path to a Brighter Future.” Antara lain, kegiatan diadakan di Tangerang, Lombok, Kediri, Malang dan Jogja.
Juga pada Mei, diluncurkan buku ‘Dua Sisi dari Satu Sosok,’ kumpulan tulisan Suzana Murni. Buku ini, yang disusun oleh Putu Oka Sukanta, mengandung 43 artikel dan puisi karya Suzana, sebagian diterjemahkan dari tulisan asli dalam bahasa Inggris.
Logo KPA Peraturan Presiden (PP) RI Nomor 75 Tahun 2006 tentang Komisi Penanggulangan AIDS Nasional ditandatangani oleh Bapak Presiden pada 13 Juli 2006. Antara yang lain, PP ini menetapkan Dr. Nafsiah Ben Mboi sebagai Sekretaris.
Situs web Spiritia bangkit kembali pada Juni. di antara fitur yang pada awal tersedia adalah akses pada berbagai dokumen Spiritia (termasuk semua Lembaran Informasi), statistik Depkes dari 1995, dan informasi mengenai kelompok dukungan sebaya dalam jaringan se-Indonesia.
Pada Agustus diluncurkan situs web www.aids-ina.org yang merupakan langkah awal dari beberapa aktivis dan pemerhati untuk melengkapi forum milis aids-ina. Diharapkan situs web ini bisa menjadi pusat informasi terhadap isu HIV-AIDS di Indonesia.
Juga pada Agustus, diumumkan bahwa penyebaran HIV/AIDS di Tanah Papua diperkirakan telah memasuki kelompok masyarakat umum (generalized epidemic).
Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat/Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional pada acara penyerahan AIDS Award 2006 di Hotel Nikko di September. AIDS Award event di anugerahkan kepada 19 perusahaan yang telah menunjukkan prestasi dalam melaksanakan program penanggulangan AIDS di tempat kerja. AIDS Award Event 2006 diselenggarakan oleh KPA Nasional.
Ada pertemuan antara Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dengan sekretaris KPA Nasional Dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH di Markas Besar TNI Cilangkap pada Oktober. Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto mengatakan bahwa upaya pencegahan penularan HIV di lingkungan TNI sangat penting untuk segera ditingkatkan pelaksanaannya di semua jajaran TNI termasuk di komando utama (KOTAMA).
Tema Hari AIDS Sedunia 2006 ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sebagai ‘STOP AIDS – Tepati Janji’, dengan fokus pada akuntabilitas. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise,’ sama seperti tahun sebelumnya.

Sejarah 2007

Buku Suzana Murni, ‘Lilin Membakar Dirinya,’ biografi Suzana oleh Putu Oka Sukanta, diluncurkan pada Januari.
Pada Februari, PB IDI (Bidang Penyakit Menular) bersama ASHM (Australasian Society HIV Medicine) mengadakan Kursus Nasional tentang Koinfeksi HIV-Hepatitis Virus selama dua hari yang merupakan kegiatan penting Pra-Pertemuan Nasional HIV/AIDS ke-3.
Logo Pernas ke-3 Pertemuan Nasional HIV & AIDS ke-3 dilakukan di Surabaya pada Februari dengan tema “Menyatukan Langkah untuk Memperluas Respons.” Antara lain, Strategi Nasional Penanggulangan AIDS 2007-2010 diluncurkan di pertemuan ini.
Logo GFATM Bantuan Dana Global Fund untuk penanggulangan AIDS, TB, dan Malaria untuk Indonesia dihentikan sementara mulai pertengahan bulan Maret. Alasan utama penghentian aliran dana untuk tiga penyakit menular tersebut karena ditemukan “mismanagement” dalam pengelolaan dana tersebut.
Pada Juli, diketahui bahwa Komisi E DPR Provinsi Papua, dalam Rancangan Perdasi (Peraturan Daerah Provinsi) terkait penanggulangan HIV dan AIDS di Papua mengusulkan pemasangan microchip dan anjuran pemeriksaan wajib HIV bagi setiap warga Papua, didorong oleh anggota Dr. John Manangsang.
Logo KNO2 Spiritia melaksanakan Kongres Nasional Odha dan Ohidha ke-II Peningkatan Pemberdayaan dan Keterampilan dalam Menghadapi HIV dan AIDS di Lido 29 Juli-1 Agustus 2007 dengan tema “Peduli AIDS – Jangan Hanya Slogan.”
Logo ICAAP ke-8 Pada Agustus, di International Congress on AIDS in Asia and the Pacific (ICAAP) ke-8 di Colombo, Sri Lanka, diumumkan bahwa Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk ICAAP ke-9 di Bali pada 2009.
Dana Global Fund, yang dibekukan pada Maret 2007, dicairkan lagi pada Oktober.
Presiden SBY menyambut Mas Dhayan
Presiden SBY menyambut Mas Dhayan
Tema Hari AIDS Sedunia 2007 ditetapkan oleh BKKBN sebagai ‘STOP AIDS – Tepati Janji,’ dengan fokus pada kepemimpinan. Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise,’ sama seperti dua tahun sebelumnya. Di antara kegiatan terkait dengan Hari AIDS, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melakukan pertemuan di Istana Negara. Puncak acara adalah dialog langsung Presiden SBY dengan Odha dan keluarganya. Dalam dialog yang dipandu langsung oleh Bpk. Aburizal Bakri selaku ketua KPA Nasional ini, Presiden berkesempatan mendengarkan langsung hal yang dialami oleh Odha. Tanggapan dan jawaban yang diberikan oleh Presiden dalam dialog tersebut secara nyata dirasakan langsung oleh peserta dialog. seperti yang disampaikan oleh Luh Putu Ikha, perwakilan dari Bali, bahwa peran Odha dalam penanggulangan HIV/AIDS di tanah air perlu didukung oleh pemerintah.
Pekan Kondom Nasional (PKN) Pertama dilaksanakan 1-8 Desember 2007 dengan kegiatan yang mencakup pembagian materi edukasi ke berbagai pelosok daerah di Indonesia, pelatihan, talkshow, konser musik, dan lomba karya tulis dan fotografi bagi wartawan dan blogger. Akibat PKN ini, KPA Nasional didemo dua kali, dengan tuduhan “merusak moral bangsa,” dan mereka sama sekali tidak mau dengar penjelasan dari Ibu Nafsiah Mboi, Sekretaris KPA Nasional.
Pada akhir 2007, dilaporkan 11.570 Odha pernah mulai ART, dengan 6.653 (58%) masih memakainya.

Sejarah 2008

Komunitas TNI mengumumkan pada Januari bahwa akan melaksanakan proyek percontohan untuk pelayanan terpadu HIV-AIDS di Jatim khususnya bagi masyarakat TNI.
Penasihat Khusus Sekjen PBB dan utusan khusus untuk HIV dan AIDS di Asia Pasifik, Nafis Sadik, yang menunjungi Indonesia pada Februari, mengujar bahwa, “Targetnya MDG 2015 tidak akan tercapai, jika keadaan AIDS tidak dapat ditanggulangi secara baik.” Menurutnya, penyebaran epidemi HIV di Indonesia telah mengalami peningkatan. Pertambahan itu menurutnya banyak disebabkan oleh penularan infeksi melalui transmisi seksual.
Pertemuan Nasional Harm Reduction dilakukan di Makassar pada Juni. Pada pertemuan tersebut, Asisten Deputi Sekretaris KPA Nasional Inang Winarso mengatakan, dari 3.000 pasien yang mengikuti program Metadon di seluruh Indonesia, 20% di antaranya telah terbebas sebagai pengguna dan pecandu narkoba. Juga pada pertemuan itu, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie juga mengampanyekan penggunaan kondom di kalangan pengguna Napza.
Dalam Kongres Anak Indonesia VII 2008, yang dilakukan pada Juli terkait dengan Hari Anak Indonesia (HAN) 2008 di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, peserta merumuskan “Suara Anak Indonesia.” Mereka bertekad meningkatkan pemahaman cara hidup sehat, hak kesehatan reproduksi, agar terhindari dari bahaya penyakit menular, HIV/AIDS serta penyalahgunaan narkotika. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan jajaran menteri terkait menindaklanjuti hasil kongres tersebut.
Logo Jothi Melalui Musyawarah Nasional Orang Terinfeksi HIV yang dilakukan secara terbatas dan dihadiri oleh 124 orang terinfeksi HIV berasal dari 27 provinsi pada Juli, telah membentuk sebuah organisasi yang bernama Jaringan Orang Terinfeksi HIV (JOTHI). Dipilih Abdullah Denovan sebagai Koordinator Nasional dengan periode kerja dua tahun.
Sekretaris Nasional Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional Nafsiah Mboi memprediksi pada Juli bahwa jumlah kasus HIV dan AIDS pada 2020 akan melonjak menjadi 2 juta kasus. Sekitar 80% di antaranya menimpa kaum laki-laki.
Pada pertemuan di IDI di Oktober, diumumkan bahwa estimasi jumlah orang terinfeksi HIV di Indonesia sudah menjadi 277.000.
Masyarakat Peduli AIDS Nasional (Mapan) – yang menggabungkan antara lain Jaringan orang terinfeksi HIV (JOTHI) Jakarta, Persatuan korban Napza dan LBH Kesehatan sebagai pendamping – pada November melakukan aksi di depan Kantor Perwakilan PBB di Menara Thamrin, Jakarta. Mereka menuntut Koordinator UNAIDS Indonesia Nancy Fee dipecat dan keluar dari Indonesia. Salah satu yang disuarakan mereka, selama ini UNAIDS tidak memberikan kontribusi nyata bagi penanggulangan AIDS di Indonesia.
Akhirnya, pada Desember, pasal di Raperdasi Provinsi Papua mengenai microchip dibatalkan, setelah banyak advokasi oleh orang di seluruh Indonesia.
Tema Hari AIDS Sedunia 2008 ditetapkan oleh ???? sebagai ‘Yang Muda Yang Membuat Perubahan.’ Tema internasional tetap ‘Stop AIDS. Keep the Promise’ dengan fokus pada kepemimpinan, sama seperti dua tahun sebelumnya.
KPAN, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan DKT Indonesia menggelar Pekan Kondom Nasional (PKN) ke-2 yang diadakan pada minggu pertama Desember. Kegiatan ini diawali dengan Konferensi Kondom pada 1 Desember 2008 yang dibuka Menkokesra Aburizal Bakrie. Namun kegiatan ini dilawan dengan Kampanye Antikondomisasi, dengan konferensi pers berjudul “Stop Kondomisasi untuk Penyebaran HIV/AIDS” oleh LSM Merc.
Pada akhir 2008, dilaporkan 17.880 Odha pernah mulai ART, dengan 10.616 (59%) masih memakainya.

Teori Asal Mula Penyakit Virus HIV AIDS

Dalam rangka memperingati hari aids sedunia - Penyakit Virus HIV AIDS yang menewaskan banyak orang dan belum ditemukan obatnya itu terdengar sangat mengerikan. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).

Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. Sahabat anehdidunia.com bermacam macam teori dikemukakan asal mula dari Hiv Aids ini, entah mana yang benar. Apa sajakah teorinya tersebut? mari kita simak bersama.
Seks Bebas di Kinshasa 1920-an
simian immunodeficiency virus (SIVcpz)
Untuk menguak misteri tersebut, tim internasional mencoba untuk merekonstruksi genetika HIV. Untuk mencari tahu di mana nenek moyang tertuanya pada manusia berasal. Temuan dalam bidang arkeologi virus digunakan untuk menemukan asal pandemi. Demikian laporan tim dalam jurnal Science. Para ahli menggunakan arsip sampel kode genetik HIV untuk melacak sumbernya.

Dan ternyata, asal usul pandemi terlacak dari tahun 1920-an di Kota Kinshasa yang kini menjadi bagian dari Republik Demokratik Kongo. Laporan mereka menyebut, perdagangan seks yang merajalela, pertumbuhan populasi yang cepat, dan jarum tak steril yang digunakan di klinik-klinik diduga menyebarkan virus tersebut. Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'.

Sementara itu, rel kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia di mana 1 juta orang melintasi kota tiap tahunnya  membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya. Lalu ke dunia. Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of Leuven, Belgia mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan asal muasal nenek moyang virus itu. "Anda bisa melihat jejak sejarahnya dalam genom saat ini data yang terekam, tanda mutasi dalam genom HIV tidak bisa dihapus," kata Profesor Oliver Pybus dari University of Oxford.

Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun kembali pohon keluarga dan melacak akarnya. HIV adalah versi mutasi dari virus simpanse, yang dikenal sebagai simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang mungkin melakukan lompatan spesies, ke manusia, melalui kontak dengan darah yang terinfeksi. Virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu simpanse mungkin ketika menangani daging hewan itu. Kasus pertama dilaporkan di Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930.

Virus membuat lompatan pada beberapa kesempatan. Salah satunya mengarah pada HIV-1 subtipe O yang menyebar di Kamerun. Kemudian, HIV-1 subtipe M yang menginfeksi jutaan orang di seluruh dunia. Pada tahun 1920-an, Kinshasa yang dulu disebut Leopoldville hingga 1966 adalah bagian dari Kongo yang dikuasai Belgia. "Kota itu sangat besar dan sangat cepat pertumbuhannya. Catatan medis era kolonial menunjukkan tingginya insiden sejumlah penyakit seksual," kata Profesor Oliver Pybus.

Kala itu, buruh-buruh pria mengalir ke kota, memicu ketudakseimbangan gender, dengan perbandingan pria dan wanita 2:1 yang memicu maraknya perdagangan seksual. Plus faktor praktik pengobatan penyakit dengan suntikan tak steril yang efektif menyebarkan virus. "Aspek menarik lainnya adalah jaringan transportasi yang membuat orang-orang berpindah dengan mudah." Sekitar 1 juta orang menggunakan jaringan rel Kinshasa pada akhir tahun 1940-an."

Dan virus pun menyebar luas, awalnya ke kota tetangga Brazzaville, lalu meluas ke area provinsi yang perekonomiannya ditopang penambangan, Katanga. Kondisi 'badai sempurna', hanya berlangsung selama beberapa dekade di Kinshasa. Namun saat itu berakhir, HIV terlanjur menyebar ke seluruh dunia.  
Teori Green Monkey
ilustrasi teory green monkey
Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS adalah ciptaan manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990, tiga puluh persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar percaya bahwa AIDS adalah “senjata etnis” yang didesain di dalam laboratorium untuk menginfeksi dan membunuh kalangan kulit hitam. Sebagian orang bahkan menganggap teori konspirasi AIDS lebih bisa dipercaya dibandingkan teori monyet hijau Afrika yang dilontarkan para pakar AIDS. Sebenarnya sejak tahun 1988 para peneliti telah membuktikan bahwa teori monyet hijau tidaklah benar. Namun kebanyakan edukator AIDS terus menyampaikan teori ini kepada publik hingga sekarang. Dalam liputan-liputan media tahun 1999, teori monyet hijau telah digantikan dengan teori simpanse di luar Afrika. Simpanse yang dikatakan merupakan asal-usul penyakit AIDS ini telah diterima sepenuhnya oleh komunitas ilmiah.
Teori Konspirasi AIDS

Pada dasarnya teori konspirasi memberikan narasi tentang sejarah bangsa barat mengenai asal usul kemunculan HIV/AIDS. Teori ini menyebutkan bahwa HIV/AIDS merupakan senjata biologis yang sengaja dibuat oleh Amerika Serikat untuk mengendalikan jumlah penduduk dunia. ‘Pengurangan populasi merupakan prioritas tertinggi dari kebijakan luar negeri AS terhadap negara-negara dunia ketiga. Pengurangan dari penduduk negara-negara ini merupakan masalah vital bagi keamanan nasional AS’ – Henry Kissinger, 1974 (Gray, 2009 : 106). Asal usul HIV/AIDS diawali dari bocornya catatan rahasia yang mengandung dua poin penting milik salah satu tim khusus di Laboratorium Fort Detrick AS, Willace L. Pannier ke dunia maya (Ridaysmara, 2010 : 381-384).

Pertama, HIV merupakan istilah baru bagi virus lama bernama SV40 yang digunakan oleh Dokter Hilary Koprowski untuk menginfeksi sistem imun 300.000 orang negro Afrika pada tahun 1957 hingga 1960 (Gray, 2009 : .96-102). Koprowski melakukan ‘percobaan’ infeksi vaksin polio melalui mulut (live oral polio vaccine) kepada ras kulit hitam di Afrika atas dasar rasisme. Namun demikian, Koprowski menolak tuduhan bahwa ia terlibat dalam menciptakan AIDS dan mengatakan bahwa demografi dari persebaran penyakit di Afrika dapat dijelaskan dengan faktor-faktor lain yang tidak berhubungan dengan prosedur vaksinasi (Gray, 2009 : 97).

Kedua, disebutkan bahwa  kejahatan terhadap kemanusiaan ini digagas oleh George W. Bush, George H.W Bush, Prescott Bush, Rockefeller, Harriman dan berbagai elit politik Amerika yang difasilitasi oleh CIA, Rockefeller Foundation dan National Institute of Health (In Lies We Trust 2007). Mereka sepakat untuk menjalankan agenda ‘Eugenic Movement’ sekitar tahun 1900-an. ‘Eugenic Movement’ merupakan gerakan rasialis untuk menghancurkan ras manusia yang dianggap inferior dan meningkatkan ras manusia superior. Selain itu, HIV/AIDS dibuat oleh CIA untuk menginfeksi bangsa African-American yang berada di Amerika (TIME, 2013). Pada dasarnya, ‘Eugenic Movement’ dilakukan oleh Amerika untuk menekan jumlah populasi dunia dengan sasaran utama orang-orang berkulit hitam.

Selain informasi yang didapatkan dari catatan rahasia milik Pannier, munculnya berbagai persepsi masyarakat dunia tentang vaksin HIV/AIDS menjadikan teori konspirasi semakin kompleks. Hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obat yang kini diberikan hanya bersifat memperpanjang usia penderita dan memperbesar kemungkinan untuk menularkan penyakit tersebut kepada individu lain, seperti Terapi Antiretroviral (ARV). Persepsi tersebut mendorong pemikiran kritis tentang strategi kelompok elit dalam menciptakan penyakit beserta obatnya. Fakta yang mengejutkan muncul dari ketiga penjahat kemanusiaan, yaitu keluarga Bush, Rockefeller dan Harriman yang ternyata bergabung dalam satu komunitas dan berkuliah di Yale University. Kemudian faktanya, Yale University adalah pemegang hak paten dari salah satu obat utama HIV yang dikenal dengan ‘Zenit’ atau ‘d4t’ pada awal tahun 1990-an dengan royalti yang diterima sebesar $328.000.000,00 (Arno, 1992 : 102). Namun, seperti yang diketahui bahwa ‘Zenit’ tidak menghilangkan HIV, tetapi hanya memperpanjang usia sang penderita yang otomatis dapat terus meningkatkan keuntungan perusahaan.

Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS kepada Pria Gay (1978-1981)

Ribuan pria gay mendaftar sebagai manusia percobaan untuk eksperimen vaksin hepatitis B yang “disponsori pemerintah AS” di New York, Los Angeles, dan San Fransisco. Setelah beberapa tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat sindrom defisiensi kekebalan terkait gay, yang belakangan dikenal dengan AIDS. Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B dikembangkan di dalam tubuh simpanse. Sekarang hewan ini dipercaya sebagai asal-usul berevolusinya HIV. Banyak orang masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran asalnya yang terkait dengan pria gay dan AIDS. Para dokter senior masih bisa ingat bahwa eksperimen vaksin hepatitis awalnya dibuat dari kumpulan serum darah para homoseksual yang terinfeksi hepatitis.

Kemungkinan besar HIV “masuk” ke dalam tubuh pria gay selama uji coba vaksin ini. Ketika itu, ribuan homoseksual diinjeksi di New York pada awal 1978 dan di kota-kota pesisir barat sekitar tahun 1980-1981.

Apakah jenis virus yang terkontaminasi dalam program vaksin ini yang menyebabkan AIDS? Bagaimana dengan program WHO di Afrika? Bukti kuat menunjukkan bahwa AIDS berkembang tak lama setelah program vaksin ini. AIDS merebak pertama kali di kalangan gay New York City pada tahun 1979, beberapa bulan setelah eksperimen dimulai di Manhattan. Ada fakta yang cukup mengejutkan dan secara statistik sangat signifikan, bahwa 20% pria gay yang menjadi sukarelawan eksperimen hepatitis B di New York diketahui mengidap HIV positif pada tahun 1980 (setahun sebelum AIDS menjadi penyakit “resmi’). Ini menunjukkan bahwa pria Manhattan memiliki kejadian HIV tertinggi dibandingkan tempat lainnya di dunia, termasuk Afrika, yang dianggap sebagai tempat kelahiran HIV dan AIDS. Fakta lain yang juga menghebohkan adalah bahwa kasus AIDS di Afrika yang dapat dibuktikan baru muncul setelah tahun 1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai saluran tempat “berjangkitnya” HIV ke populasi gay di Amerika. Namun hingga sekarang para ilmuwan AIDS mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan vaksin tersebut.

Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS berjangkit pada orang heteroseksual, sementara di Amerika Serikat AIDS hanya berjangkit pada kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada publik bahwa “tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini (20 tahun setelah kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika Serikat berjangkit pada pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka. Mengapa demikian? Tentunya HIV tidak mendiskriminasi preferensi seksual atau ras tertentu. Apakah benar demikian?

Keserupaan dengan FLU Burung

Di pertengahan tahun 1990-an, para ahli biologi berhasil mengidentifikasi setidaknya 8 subtipe (strain) HIV yang menginfeksi berbagai orang di seluruh dunia. Telah terbukti, strain B adalah strain pra dominan yang menginfeksi gay di AS. Strain HIV ini lebih cenderung menginfeksi jaringan rektum, itu sebabnya para gay yang cenderung menderita AIDS dibandingkan non-gay

Sebaliknya, Strain HIV yang umum dijumpai di Afrika cenderung menginfeksi vagina dan sel serviks (leher rahim), sebagaimana kulup penis pria. Itu sebabnya, di Afrika, HIV cenderung berjangkit pada kalangan heteroseksual.

Para pakar AIDS telah memeberitahukan bahwa AIDS Amerika berasal dari Afrika, padahal Strain HIV yang umum dijumpai di kalangan pria gay nyaris tak pernah terlihat di Afrika! Bagaimana bisa demikian? Apakah sebagian Strain HIV direkayasa agar mudah beradaptasi ke sel yang cenderung menginfeksi kelamin gay?

Telah diketahui, pria ilmuwan SCVP (Special Virus Cancer Program) mampu mengadaptasi retrovirus tertentu agar menginfeksi jenis sel tertentu. Tak kurang sejak tahun 1970, para ilmuwan perang biologis telah belajar mendesain agen-agen (khususnya virus) tertentu yang bisa menginfeksi dan menyerang sel kelompok rasial “tertentu”. Setidaknya tahun 1997, Stephen O’Brien dan Michael Dean dari Laboratorium Keanekaragaman Genom di National Cancer Institute menunjukkan bahwa satu dari sepuluh orang kulit putih memiliki gen resisten-AIDS, sementara orang kulit hitam Afrika tidak memiliki gen semacam itu sama sekali. Kelihatannya, AIDS semakin merupakan “virus buatan manusia yang menyerang ras tertentu” dibandingkan peristiwa alamiah.

Berkat bantuan media Amerika, virus ini menyebar ke jutaan orang tertentu di seluruh dunia sebelum segelintir orang mulai waspada akan kejahatan di balik penciptaan virus ini. Di tahun 1981, pejabat kesehatan memastikan “masyarakat umum” bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan. “AIDS adalah penyakit gay” adalah jargon yang sering dikumandangkan media.

Setidaknya tahun 1987, Robert Gallo memberitahu reporter Playboy, David Black, “Saya pribadi belum pernah menemukan satu kasus pun (di Amerika) dimana pria terkena virus (AIDS) dari seorang wanita melalui hubungan intim heteroseksual .” Gallo melanjutkan, “AIDS tak akan menjadi bahaya yang tak bisa teratasi bagi masyarakat umum.” Apakah ini sekedar spekulasi ataukah Gallo mengetahui sesuatu yang tidak ia ceritakan?
Seperti yang anda ketahui sahabat anehdidunia.com bahwa belum ditemukan penawar atau obat untuk penyakit yang satu ini, cara pencegahaannya hanya melalui kasih sayang, jaga kebersihan dan bercintalah hanya kepada suami atau istri anda.  

Sejarah & Asal usul HIV/AIDS

KASUS HIV/AIDS ’PERTAMA’
Kejadian ini berawal pada musim panas di Amerika Serikat tahun 1981, ketika itu untuk pertama kalinya oleh Centers for Disease Control and Prevention dilaporkan bahwa ditemukannya suatu peristiwa yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya dimana ditemukan penyakit Pneumocystis Carinii Pneumonia (infeksi paru-paru yang mematikan) yang mengenai 5 orang homosexual di Los Angeles, kemudian berlanjut ditemukannnya ’penyakit’ Sarkoma Kaposi yang menyerang sejumlah 26 orang homosexsual di New York dan Los Angeles. Beberapa bulan kemudian penyakit tersebut ditemukan pada pengguna narkoba suntik, segera hal itu juga menimpa para penerima transfusi darah.

Sesuai perkembangan pola epidemiologi penyakit ini, semakin jelaslah bahwa penyebab proses penularan yang paling sering adalah melalui kontak sexual, darah dan produk darah serta cairan tubuh lainnya.

Pada tahun 1983, ditemukan virus HIV pada penderita dan selanjutnya pada tahun 1984 HIV dinyatakan sebagai faktor penyebab terjadinya Aquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS).

ASAL-USUL VIRUS HIV
Penemuan kasus AIDS untuk pertama kalinya di Amerika Serikat pada tahun 1981, ternyata hanya sedikit memberi informasi tentang sumber penyakit ini. Sekarang sudah terbukti bahwa AIDS disebabkan oleh virus yang dikenal dengan HIV. Jadi untuk menemukan sumber AIDS kita perlu mencari asal-usul HIV.

HIV adalah bagian dari keluarga atau kelompok lentivirus. Lentivirus seperti HIV dapat ditemukan dalam lingkup luas primata non-manusia. Lentivirus yang lain, diketahui secara kolektif sebagai virus monyet yang dikenal dengan SIV (Simian Immunodeficiency Virus). Dan sekarang secara umum diterima bahwa HIV merupakan keturunan SIV.

Bagaimana HIV dapat menyeberang dari hewan ke manusia?
Telah lama diketahui secara pasti bahwa virus tertentu dapat menyeberang dari hewan kepada manusia dan proses ini dikenal dengan zoonosis. Bagaimana proses SIV menjadi HIV pada manusia?

(1) Teori Pemburu, merupakan teori yang paling banyak dianut. Di dalam teori ini dijelaskan bahwa, SIVcpz dapat berpindah ke manusia, ketika seseorang berburu simpanse kemudian membunuh serta memakan dagingnya. Terkadang virus yang masuk bisa tetap sebagai SIV, atau dalam suatu kesempatan akan berubah menjadi HIV.

(2) Teori Vaksin Polio, merupakan teori lain yang mengatakan bahwa HIV dapat berpindah secara tidak sengaja karena kealpaan pihak medis, misalnya melalui percobaan medis. Teori ini disebarluaskan secara baik dimana vaksin polio yang memainkan peranan dalam perpindahan ini, karena vaksin tersebut dibuat dengan menggunakan ginjal monyet.

(3) Teori Kontaminasi Jarum Suntik, merupakan lanjutan dari “Teori Pemburu”, dimana pada tahun 1950 sudah digalakkan untuk memakai jarum suntik yang hanya sekali pakai serta menerapkan penataan untuk mensterilkan peralatan medis, tetapi ini memakan banyak anggaran sehingga terkadang, satu jarum digunakan untuk beberapa orang tanpa disterilkan terlebih dahulu. Hal tersebut akan mempercepat terkontaminasinya dengan berbagai macam infeksi.

(4) Teori Penjajahan, dasar pemikiran teori ini mengacu pada teori pemburu. Pada akhir abad XIX hingga awal abad XX, sebagian besar negara Afrika mengalami penjajahan. Seperti layaknya warga yang terjajah, rakyat Afrika diwajibkan mengikuti kerja paksa, mereka ditempatkan dalam satu camp dimana sanitasinya sangat buruk, kerja fisik diluar batas serta kebutuhan makanan tidak terjamin bahkan tidak menutup kemungkinan mereka mendapatkan lauk berupa simpanse yang sedang mengidap SIV.

(5) Teori Konspirasi. Beberapa orang mengatakan bahwa virus HIV adalah rekayasa manusia. Dari survey yang dilakukan di Amerika Serikat, didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden berkulit hitam mempercayai bahwa virus HIV memang diciptakan untuk memusnahkan sebagian besar orang berkulit hitam serta para homoseksual. Beberapa bahkan meyakini bahwa virus HIV disebarkan di seluruh dunia melalui program imunisasi campak maupun melalui uji coba program vaksinasi Hepatitis B kepada kaum homosexsual.

Sejauh ini, masih belum ada satu teoripun yang mampu menjelaskan dengan memuaskan bagaimana SIV pada binatang bisa menyeberang menjadi HIV pada manusia.

Kapan perpindahan itu terjadi?
Perkembangan dunia kedokteran sejauh ini membuat kita mampu untuk mendeteksi HIV pada darah atau cairan tubuh lainnya, bahkan kita juga sudah mampu menentukan subtype virus HIV. Penelitian terhadap subtype virus HIV pada kasus-kasus awal dapat memberi petunjuk dalam menentukan kapan HIV pertama kali menyerang manusia dan perkembangan berikutnya.

Ada tiga kejadian yang dianggap sebagai infeksi HIV paling awal, yaitu:

1. Contoh plasma (cairan darah) yang diambil dari seorang pria dewasa yang hidup di Republik Demokratik Kongo tahun1959.

2. HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pemuda Amerika–Afrika yang meninggal dunia di St.Louis, AS, tahun 1969.

3. HIV ditemukan pada contoh jaringan tubuh dari seorang pelaut Norwegia yang meninggal dunia sekitar tahun1976.

Analisis yang dilakukan pada tahun 1998 tentang contoh plasma dari 1959 mengesankan bahwa HIV-1 memasuki manusia sekitar 1940-an atau awal 1950-an, lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya.


Dimana virus HIV pertama kali muncul pada manusia?
Karena HIV berkembang dari satu jenis SIV yang ditemukan pada tipe simpanse di Afrika Barat, banyak orang menganggap bahwa HIV pertama muncul pada manusia di sana. Kemudian dianggap bahwa HIV menyebar dari Afrika ke seluruh dunia.

Kita mungkin tidak akan pernah tahu secara pasti kapan dan dimana virus HIV muncul pertama kali, tetapi yang jelas pada suatu waktu di pertengahan abad 20-an ini, infeksi HIV pada manusia berkembang menjadi epidemi penyakit di seluruh dunia yang saat ini lebih dikenal sebagai AIDS.



Apa penyebab epidemi ini menyebar secara tiba-tiba?
Dipercayai ada 3 proses yang mempermudah penularan sehingga menyebabkan penyebaran secara luas :

Kemudahan transportasi, memegang peranan dalam penyebaran HIV disorot pada kasus yang sekarang dikenal sebagai ’Patient Zero’. Patient Zero adalah seorang pramugara pesawat terbang berkebangsaan Kanada dan bernama Gaetan Dugas yang sering mengadakan perjalanan ke seluruh dunia. Analisis terhadap beberapa kasus AIDS awal menunjukkan bahwa orang terinfeksi tersebut adalah orang yang berhubungan seksual baik langsung maupun tidak langsung dengan pramugara ini. Untuk lebih jelasnya bisa menonton film ”and the band played on”.

Industri darah. Ketika transfusi darah menjadi bagian yang rutin dalam praktek kedokteran, permintaan kebutuhan akan darah juga semakin meningkat. Di beberapa negara seperti Amerika, mereka yang bersedia menyumbangkan darahnya akan dibayar, termasuk pengguna narkoba suntik. Pada awal epidemi, para dokter belum menyadari akan mudahnya virus ini menyebar melalui donor darah tanpa screening sebelumnya. Akibatnya, banyak dari mereka yang mendapat transfusi dari seseorang yang terinfeksi HIV akan tertular HIV.

Penggunaan Narkoba. Meningkatnya ketersediaan heroin seiring dengan perang Vietnam tahun 1970-an, mendorong pertumbuhan penggunaan narkoba suntik. Bersamaan dengan hal tersebut, untuk menghemat biaya, pemakaian alat suntik oleh para pecandu dilakukan secara bersama-sama, satu jarum dipakai oleh banyak pecandu tanpa disterilkan terlebih dahulu. Ini merupakan jalan lain virus HIV berpindah dari pengidap yang satu ke pengidap lainnya.


KENYATAAN DI NEGARA KITA
Rupaya era globalisasi saat ini menyebabkan dunia tampak semakin kecil, negara tidak mempunyai batas-batas lagi. Perpindahan penduduk menjadi begitu mudah, demikian juga dengan HIV, bisa berpindah dari satu negara ke negara lainnya dengan leluasa hingga akhirnya sampai ke Indonesia. Kasus HIV/AIDS pertama di Indonesia diidentifikasi di Bali pada seorang laki-laki asing yang kemudian meninggal pada April 1987. Akan tetapi, penyebaran HIV di Indonesia meningkat setelah tahun 1995. Hal ini dapat dilihat pada tes penapisan (screening) darah donor yang positif HIV meningkat dari 3 per 100.000 kantong pada 1994 menjadi 16 per 100.000 kantong pada tahun 2000. Peningkatan 5 kali lebih tinggi dalam waktu 6 tahun.

Pada tahun 2000 terjadi peningkatan penyebaran epidemi HIV secara nyata melalui pekerja seks. Data dari Tanjung Balai Karimui Merauke, Propinsi Irian Jaya prevalensi HIV pada pekerja seks amat tinggi yaitu 26,5% sedangkan di Propinsi Jawa Barat 5,5% dan di DKI Jakarta 3,36%.

Sejak tahun 1999 terjadi fenomena baru penyebaran HIV/AIDS yaitu infeksi HIV mulai terlihat pada para pengguna Narkoba suntik. Penularan pada kelompok ini terjadi secara cepat karena penggunaan jarum suntik bersama. Sebagai contoh, pada tahun 1999 hanya 18% pengguna narkoba suntik yang dirawat di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta yang terinfeksi HIV. Akan tetapi pada tahun 2000 angka tersebut meningkat dengan cepat menjadi 40% dan pada tahun 2001 menjadi 48%.

Fakta baru pada 2002 menunjukkan bahwa penularan infeksi HIV juga telah meluas ke rumah tangga. Di beberapa wilayah di Jakarta dilaporkan bahwa sekitar 3% dari 500 ibu hamil yang dites secara sukarela dalam kegiatan VCT (Voluntary Counseling and Testing) sudah terinfeksi HIV.

Jadi, semua jenis penularan HIV ada di negara kita dan sudah mengenai siapa saja bahkan hingga ke ibu rumah tangga dan bayi yang dikand